Who Are You...Anyway?
Jadi gini, minggu-minggu kemarin saya banyak ditanya soal diri sendiri
oleh orang lain. Baca: lagi interview beberapa pekerjaan, makanya ketemu sama
HRD mulu, makanya yang dihadapi sebetulnya pertanyaan-pertanyaan yang sama.
Coba ceritain tentang diri kamu...kamu tuh kayak apa sih? Bisa ceritain
kelebihan dan kelemahan kamu...
Harusnya pertanyaan macam gini udah khatam ya saya kuasain, udah diluar
kepala, jawaban otomatis. Tapi nih..karena setahun ini sejak terakhir saya
kerja di instansi, saya lebih banyak menghabiskan waktu sendiri, mengejar
target sendiri, termasuk melakukan segala sesuatunya sendiri, mulai dari
kerjaan (sampingan) sebagai part-timer, dan tentu saja ngerjain tugas rumah
tangga sendiri...so, pertanyaan semacam itu walaupun pada akhirnya saya jawab
secara otomatis pakai reference diri saya “yang dulu” plus “persona positif”
yang saya bangun untuk mengambil hati interviewer (lah iya lah yaa..namanya
juga lagi interview kerja), but honestly begitu sampai rumah saya selalu tidak
puas dengan jawaban saya sendiri.
Terkadang rasanya kok jawaban yang saya kasih not exactly reflect of who
i really am. Misalnya nih, kalau ditanya apa kelemahan saya, saya akan jawab
saya orangnya tergesa-gesa dan tidak sabaran. Sebenarnya itu jawaban lumayan
jujur at one point, but maybe like a year ago. Sekarang, bukan itu sebetulnya
kelemahan saya. Bahkan nih, bisa dibilang saya bisa sangat datar menghadapi
sesuatu sekarang, ritme hidup saya jauh lebih pelan, saya lebih sabar
menghadapi orang, bahkan dari kegiatan ibadah jauh berubah dari saya yg dulu.
Saya bisa lebih menahan diri untuk tidak terburu-buru ketika solat misalnya,
walaupun mungkin masih jauh dari khusyuk tapi setidaknya saya belajar untuk
melambatkan gerakan saya, dan selalu bisa berpikir what for to rush. Satu tahun
ini saya belajar untuk berbicara lebih perlahan, khususnya saat konseling
dengan orang tua, saya tidak punya target harus selesai dalam sekian menit,
karena memang tidak ada tuntutan untuk itu juga mungkin.
Kembali ke pertanyaan diatas...jadi sebetulnya apa jawaban jujur saya?
Well, it really took some minutes to actually find the answer to that..
Saya kira yang tidak pernah bisa saya atasi sampai sekarang adalah saya
terlalu overthinking over (almost) anything, tapi mostly tentang yang saya
lakukan atau katakan kepada orang lain. Ya iyalah, misalnya aja iniiii..sampai
saya pikirkin lagi tadi saya jawab apa yaaa..itu jawaban saya kok rasanya gak
jujur, what if the interviewer find out, karena kan saya melalui semua proses
psikotes hahahaha..
Lebay lah saya pokoknya, but at least saya jadi paham sendiri saya memang
seperti itu. Dan overthinking ini sering kali membuat saya jadi lebih fokus
mikirin hal-hal yang negatif dan selalu dipenuhi pikiran “what if..what if”. It
really suck!
Satu lagi..saya sebetulnya mudah distrak dengan suasana dan hiruk
pikuk orang, jadi misalnya kalau sedang mengerjakan sesuatu yang butuh berpikir
saya gak bisa ada di dekat orang lain yang sedang mengobrol..saya cenderung
nguping hahahaha. I mean nguping yang sampai bikin saya lebih konsentrasi sama
isi pembicaraan daripada kerjaan saya...ya ampun apa saya sekepo ituuuh? 😁.
Tapi ini mah jujur, dari dulu saya tidak bisa belajar dengan musik, tidak bisa
tidur kalau ada musik, biarpun dibilang itu musik instrumental apa musik
klasik, it distracted me so much! Kesian ya para pencipta musik klasik, gak
mempan di saya 😆. Jadi kalau misalnya punya kerjaan trus kerja di cafe yang
banyak orang, ya sudahlah bye..dijamin gak bakal kelar hihihii..yg ada saya
malah sibuk observasi dan bikin kesimpulan di sudut ini lagi ngomongin ini, di
sudut sana lagi masalahin ini, dst, dst. Zzzzzzz.
Dan satu lagi..saya gak bisa bilang ini kelebihan atau kelemahan, tapi
saya introvert tulen. Jangan dibayangin kalau introvert artinya saya gak mau
ngomong sama orang lain, menyendiri (ya ini benar sih kadang-kadang), menjauhi
pergaulan sosial (itu mah sosiopath ya)..gak sepenuhnya seperti itu. Saya tidak
suka membuka diri sama orang lain, saya over selective person on earth! *tutup
muka*. Tapi jangan berpikir saya tidak menyesuaikan diri dengan lingkungan,
saya malahan tipe yg mudah menjalin percakapan di tempat baru, di antrian, di
kereta, di pesawat, dengan tukang pijat, di salon, dengan dokter, di tempat
arisan, dan dengan klien tentu saja hehehe. Pokoknya di semua situasi dimana
saya hanya perlu beberapa saat ada disana dan tidak perlu berinteraksi
lama-lama saya terbuka sekali . I’m really good at basa basi 😆.
Tapi ya sudah..cuma itu. Untuk di kelompok teman-teman yang sudah kenal
pun sebetulnya saya tipe senang becanda, mengeluarkan komentar-komentar ngawur
dan konyol tapi that’s it. Only a very few people yang pernah saya ceritain
saya punya masalah tertentu, what kind of life that exactly i’m living right
now, apalagi soal diri saya sendiri. If i ever told a person about that, they
must be already go through so many filter tools in my head...namanya juga over
thinking kan yaaa hahaha. I usually called them as an inner circle best friend in
mind...it’s beyond “bisa jaga rahasia” criteria hahaha. At some point...kelemahan
saya, i don’t trust people easily. I dont like being used...i’m over protective
to myself. Nah itu dia!
Oleh karena ituuu, untuk seorang introvert seperti saya, menulis blog
adalah kemajuan besaaar, walaupun nanti biasanya gak bisa lagi nyeritain ini
itu, dan beberapa kali blog yang saya buat jadi sampah di dunia maya hehehe,
tapi saya selalu terbuka menerima perubahan. Mungkin itu juga salah satu
kelebihan saya, saya mau terus belajar tentang hal baru, saya gak menutup diri
tentang what might comes to me, asalkan bukan what goes out of me. Berat ya
bahasannyaa.
Jadi...kalau kalian bagaimana?
Kalau ditanya who are you really, anyway..what would your answer be??! Reflect on
yourself.
Comments
Post a Comment